Sabtu, 26 Desember 2009

SELALMAT TAHUN BARU 1431 H

cipt.  kang rahsan  / 1 Muharam 1430 H
 

Selamat Tahun Baru
Tahun Baru Milik Kita
Selamat Tahun Baru
Tahun Baru Hijriah

Semoga Slalu Bahagia

Puji Syukur Pada-Nya
Segala Ni'mat Karunia
Hanya Padamu ya Allah 
Doa dan Syukur Kami Panjatkan





Minggu, 15 November 2009

Kiat Bisnis Property | Tips Bisnis Property




Kiat bisnis properti Tjandra Dani


Bisnis Property itu apa sih? Atau bisnis property katanya hanya bisnis mainan orang kaya saja? Tidak!
Saya ingin membagikan kiat bisnis property bagi anda yang ingin bisnis property beberapa waktu yang lalu saya mengikut sebuah workshop tentang bagaimana membeli property tanpa uang, saya bayar 9 juta rupiah untuk mengikuti workshop tersebut.
Saya ingin membagi pengalaman mengikuti workshop beli property tanpa uang
Kiat bisnis property yang saya sampaikan disini adalah berdasarkan pengalaman seorang property investor Indonesia.
1. Tentukan Target property yang ingin dibeli.
Kondisikan dengan cashflow anda(red.bisa dibuat), maksudnya sekarang ini bila mampu bermain di kost-kostan yang main di kostan-kostan jangan main di hotel misalnya, kalau target anda sekarang hotel jangan main di resort misalnya…
2. Modal apa yang dibutuhkan untuk memulai bisnis property
Modal yang dibutuhkan hanya kesabaran mencari property yang ditargetkan dan keberanian menawar, karena misalnya ada property mau di jual 1 milyar, ternyata ada yang berani tawar “Cuma” 500 juta, karena takut menawar akhirnya ditawar Cuma 800 jt, seharusnya 600 jt pun dilepas.
3. Kiat memilih property yang didiskon besar-besaran
Iklan baris,pasang iklan sendiri,agen-agen property, jalan-jalan disatu wilayah anda,bank (red.biasanya bank punya stok orang yang mau disita jaminan),pengadilan, klub orang kaya,notaries,orang pajak, orang pemerintahan.dll
4. Beli atau tawar dibawah harga pasar, jangan takut untuk menawar
Dan jangan pernah sebutkan angka penawaran anda di langkah pertama. Biarkan si penjual yang menyebutkan angka terakhir. Pengalaman saya pada saat memnawar property sebuah rumah kontrakan di jual dengan harga 450 juta, saya tidak pernah sebut harga akhirnya dari 450 juta turun menjadi 300 juta, saya tetap tidak bergeming dan akhirnya dia telphone saya dan ingin menjual dengan harga 250 juta. ROI perbulan sekitar 2,4 juta(red. Cukup buat cicilan KPRnya) lalu saya bilang begini: “wah bu…saya kalau 200 ada uang nih sekarang kalau mau cepat”, ibu tersebut dengan berat hati bilang “wah kalau segitu belum dapat, ditambah aja dikit 230 deh…saya tetap pada pendirian saya 200 jt.hehe sekarang lagi terus di follow up semoga deal yah…?hehehe intinnya adalah saya tidak pernah sebut penawaran saya sampai saya merasa harga yang ditawarkan sudah masuk target saya untuk KPR kan.
5. Jangan gunakan uang sendiri, gunakan bank untuk mengurus surat-suratnya (legalitasnya). Ambil KPR sepanjang-panjangnya. Jangan takut hutang jangka panjang di bisnis property ambil sampai mati bila perlu, karena property terus naik maka dari itu orang-orang kaya selalu memiliki bisnis property
Ok itu kiat bisnis property dari saya. Semoga membantu…

Minggu, 01 November 2009

ACTION JUST BEGINS


Hari Sabtu kemarin tanggal 31 Oktober 2009 berbeda dengan hari sabtu biasanya. saya tidak ada janji untuk pergi kemanapun atau bertemu dengan siapapun.  Oleh karena itu, sejak pagi ketika mau sarapan saya sudah mengajak istri untuk melihat rumah yang diiklankan di koran harian PR sabtu lalu, yang kebetulan lokasi dekat dengan tempat tinggal kami.  Iklan baris itu saya perlihatkan kembali ke istri, bunyi iklannya kurang lebih begini: "Jl  Rmh di ..........Lt83 Lb63 SHM  T..............."   singkat kata istriku setuju untuk melihat - lihat rumah tersebut.   Sekitar pukul sepuluh kami meluncur ke TKP  (Tempat Kejadian Properti... he.. he) eh...anak kami juga ikut katanya sekalian mau diantar main PS ... ya tak apalah mumpung liburan.  Bertiga kami bersepeda motor menuju ke rumah yang mau di jual tersebut.  Rumah ini letaknya di sebuah komplek yang sudah lama di daerah kami, kebanyakan dari penghuni komplek tersebut pensiunan Prajurit TNI AU.   Tipe dan model rumah di kompleks tersebut masih standar, sepertinya sedikit saja yang sudah direnovasi. 

Setelah berputar - putar, belok kanan - belok kiri - lurus terus, kemudian tanya sana - tanya sini, tidak terlalu sulit kami pun menemukan rumah yang dimaksud.  Istri saya terlihat sumringah melihat rumah nya tertata rapi, bersih, dan cukup asri........ ini tandanya sang tuan rumah apik dan pandai merawat rumahnya.  Pintu gerbang saya buka lalu masuk menuju pintu rumah dan mengetuknya.  Sekian detik kemudian pintu terbuka, nampaklah seorang ibu tersenyum mempersilahkan kami masuk, seakan beliau sudah faham kalam kedatangan kami ke rumahnya adalah untuk melihat - lihat rumahnya.  Ibu, pemilik rumah menunjukkan ruangan - ruangan yang ada di rumahnya, sampai ke kamar mandi dan fasilitas lainnya.  Setelah puas melihat - lihat ruangan - ruangan di rumah tersebut, saatnya saya menjelaskan maksud yang sebenarnya.  

 "Ibu, kami tertarik dengan rumah ibu, bersih, tertata rapi pokonya nyaman.   InsyaAllah kami akan membeli rumah ibu dengan harga yang ibu inginkan.  Demi kelancaran tranksaksi pembelian rumah ini, kami sangat mengharapkan kerjasamanya dari ibu. Kami  memerlukan foto copyan sertifikat rumah, IMB, Ijin Pendahuluan PBB, dan Blue Print denah. Data fotocopyan tersebut diperlukan rekanan bank kami untuk mencairkan sejumlah uang seharga rumah ibu ini.  Prosesnya, insyaAllah hanya dua minggu. Ibu akan menerima uangnya kontan."

Mendengar penjesan saya, sejenak si ibu terdiam, tetapi kemudian beliau tersenyum dan menjawab bahwa prinsipnya bersedia untuk bekerjasama, bahkan fotocopyan yang saya maksudkan sudah ada tersedia.  Tetapi kami harus bersabar beberapa hari, karena:
  1. Besok hari minggunya akan ada yang melihat - lihat rumah ini, dan dia juga berminat untuk membeli rumah ini.  Pemilik rumah bebas menawarkan rumahnya ke siapa saja.
  2. Ibu harus bicara dengan bapak dulu (suaminya) sekarang sedang tidak berada di rumah.
  3. Pernah juga tetangganya  mau membeli rumahnya dengan cara KPR ini.  Berbulan - bulan ditunggu tidak ada kabar, akhirnya fotocopyan yang sudah diberikan diambil kembali.
 Inilah kisah pertama mendapatkan properti  second melalui KPR. Kesulitan langsung menghadang, bersabar dulu, bukankan setelah kesulitan akan datang kemudahan. InsyaAllah.


Sampai Jumpa pada kisah selanjutnya.


Kamis, 08 Oktober 2009



BAGIAN PERTAMA : Mengapa Mempertajam Fokus itu Penting
fokus


(Catatan -- Jika anda merasa telah mengetahui mengapa fokus penting, silahkan lompati Bagian ini)


Fokus adalah kunci kesuksesan anda, selain Doa, yang dipercaya dan dibuktikan oleh jutaan orang yang telah berhasil mencapai sukses berbagai hal yang mereka rencanakan dan lakukan. Tapi Fokus itu harus dilatih dan dipertajam.


Jadi, Mengapa Mempertajam Fokus itu Penting ? Jawabnya adalah agar kehidupan anda menjadi lebih efektif. Mau buktinya ? Mari kita lihat dengan pertanyaan2 retoris ini...


...sudah berapa kali anda mengalami situasi stress karena pekerjaan yang seakan-akan bertumpuk dan membutuhkan waktu panjang untuk menyelesaikan ?


...sudah berapa waktu anda habiskan untuk mempelajari dan mengolah sebuah materi informasi baru berupa buku dan laporan, tapi anda merasa sepertinya materinya rumit dan anda pusing dibuatnya ?


...sudah berapa kali anda mengorbankan waktu untuk bersantai & beristirahat bersama keluarga, hanya untuk mengerjakan pekerjaan lembur yang tidak dapat anda kerjakan di kantor ?


...berapa kali anda mengalami hari-hari penuh lelah dan tekanan untuk mengejar deadline pekerjaan ?


Daftar Pertanyaan2 retoris ini bisa sangat banyak, bahkan anda dapat membantu saya untuk menambahkannya.


Dan pertanyaan2 retoris ini, yang bila anda jujur menjawabnya, adalah indikasi bahwa kehidupan anda berjalan efektif atau kurang efektif.


Kehidupan yang Kurang Efektif akan menjebak anda dalam Lingkaran Setan. Waktu anda semakin terkuras, energi anda terkuras, kebahagiaan memudar, kesehatan menurun dan akhirnya memunculkan berbagai penyakit fisik dan psikis.


Sebaliknya, kehidupan yang Efektif menjadikan anda lebih berdaya-guna. Anda dapat mempunyai lebih banyak waktu luang, anda dapat memulai usaha/hobi/aktivitas yang anda inginkan, anda dapat berbagi kebahagiaan bersama keluarga, kesehatan anda stabil, dan berbagai peluang serta kesempatan akan lebih mudah anda raih.


Itulah sebabnya saya menginspirasikan anda untuk mengambil tindakan saat ini juga : Mempertajam dan selalu mempertajam Fokus anda !


BAGIAN KEDUA : Bagaimana Mempertajam Fokus Anda
Saat menulis bagian ini, saya baru saja menelepon kekasih saya untuk menanyakan bagaimana aktivitasnya seharian ini, ia mempunyai sebuah usaha makanan Bakpia Pathok Djogja (makanan oleh-oleh khas Yogyakarta). Usahanya saat ini makin berkembang karena FOKUS pada kecepatan penyajian, pelayanan yang ramah dan citarasa yang lembut dan enak. Kombinasi Fokus inilah yang membuat orang semakin menyukai Bakpia-nya.


Dapat anda lihat, sekali lagi FOKUS, FOKUS dan FOKUS , menunjukkan kekuatannya. Baik itu pada bisnis/pekerjaan kantoran yang membutuhkan spesialisasi, hingga pada usaha seperti membuat Bakpia.


Dalam skala lebih kecil, Fokus akan menjadikan kehidupan anda lebih efektif.


Yang akan saya berikan disini adalah teknik yang bukan seperti anda temukan di buku-buku manajemen populer. Di buku2 manajemen populer, anda akan menemukan hal-hal seperti menetapkan prioritas, membuat daftar pekerjaan, merancang jadwal kerja dsb. Teknik2 tersebut memang terbukti efektif, tapi bukan itu yang akan saya berikan.


Saya akan mengajak anda melatih Fokus yang dimulai dari Pikiran. Karena Fokus bermula dari pikiran. Sebuah kondisi pikiran yang tenang, terkonsentrasi dan tidak mudah di-intervensi oleh hal atau pikiran lainnya.


Jika pikiran anda untuk Fokus belum diperbaiki, mustahil untuk melaksanakan berbagai teknik manajemen populer tersebut dengan hasil yang diharapkan.


Sekarang mari kita mulai mempertajam Fokus Anda.

Latihan berikut ini akan menajamkan fokus anda jika anda rutin melatihnya :
1. Carilah posisi duduk yang nyaman (jika bisa dengan sandaran)
2. Pejamkan mata dan rileks-kan bahu serta tengkuk anda
3. Atur nafas panjang (tarif nafas panjang, tahan 2-detik, hembuskan)
4. Bayangkan melalui gambaran di pikiran anda, hitungan mundur secara cepat mulai dari 100 hingga 1 (jadi anda akan melihat dalam pikiran anda, dimulai dari angka 100 yang berganti secara cepat menurun hingga 1)
5. Jika telah selesai yang nomor 4, ulangi lagi prosesnya, setidaknya selama 5 menit (gunakan fasilitas timer atau alarm di handphone anda)


Sederhana ? jika menurut anda sederhana, anda bisa menggantinya dengan yang berikut ini :
1. Carilah posisi duduk yang nyaman (jika bisa dengan sandaran)
2. Pejamkan mata dan rileks-kan bahu serta tengkuk anda
3. Atur nafas panjang (tarif nafas panjang, tahan 2-detik, hembuskan)
4. Bayangkan lima wajah yang anda kenali, berikan "Nomor" pada dahinya (1,2,3,4,5), kemudian bayangkan secara bergantian dan berurutan terbalik, wajah ke-5,ke-4,ke-3,ke-2,ke-1 , semuanya total sebanyak 20 kali
5. Jika telah selesai yang nomor 4, ulangi lagi prosesnya, setidaknya selama 5 menit (gunakan fasilitas timer atau alarm di handphone anda)



Ok, sekarang jika anda dapat melakukan salah satu atau dua-duanya secara tepat tanpa kesalahan satupun, maka selamat, anda sudah memiliki fokus yang baik dan efektif. Namun jika masih terdapat kesalahan, hal itu wajar, dan tentu dapat anda perbaiki dengan berlatih secara rutin. Anda akan menemukan dan melihat bahwa melakukan latihan diatas tidaklah se-sederhana yang anda kira.


Teknik diatas telah diajarkan oleh rekan-rekan saya sesama pelatih fokus pada ribuan orang melalui personal training, buku, dan artikel. Dan disinilah saya menekankan pada anda bahwa Fokus adalah sebuah mindset dan kondisi pikiran yang terlatih untuk senantiasa tenang, konsentrasi dan tidak mudah ter-intervensi oleh pikiran lainnya.


Jika teknik-teknik diatas sudah dapat anda latih dengan lancar, anda akan melihat semakin hari Fokus anda semakin membaik. Dan berikutnya anda dapat mulai menggunakan teknik manajemen fokus populer dengan hasil yang optimal.


Ringkasan Cara Mempertajam Fokus Anda :
1. Latihlah Fokus Pikiran seperti yang saya berikan diatas
2. Lakukan Latihan, Latihan dan Latihan kapanpun anda ada waktu
3. Setelah fokus pikiran anda semakin tajam...
4. Lakukan teknik manajemen fokus populer seperti
- Menetapkan Prioritas Tugas
- Membuat Daftar Pekerjaan yang anda sukai
- Menjadwalkan Waktu untuk Prioritas dan Daftar





Hartadi Eko Pradigdo
CEO TeknologiOtak.com

Sabtu, 03 Oktober 2009

GEMPA LAGI YA ALLAH

Belum kering airmata masih membekas di muka
Guncangan Bumi Jawa Barat Selatan
Baru Sebulan berlalu Masih segar di Ingatan
                                    duka luka masih menganga
                                    perih diri letih hati
                                    detik - detik kejadian tetap di pikiran
Tepat satu Bulan
Tepat Hari Rabu
Gempa lagi Ya Allah
di Bumi Andalas dan sekitarnya
Ribuan orang meregang nyawa
Dahsyat nian Bencana ini
Maa Laha   .....  ada apa ini  ?

                                     Kami percaya ... 
Tuhan tidak akan memberikan ujian diluar Kemampuan hamba-Nya
                                     Kami yakin ............
               Setelah kesusahan akan datang  kebahagiaan

Saudaraku, se - Indonesia
Mari mencari arti ........... menguak makna
mengambil hikmah ...........  sudah kita hentikan kesia - siaan
Yang ternyata hanya membuat kesengsaraan
Pusatkan pengetahuan......... Kuatkan segala upaya
Negeri tercinta rentan gempa....
Saatnya lebih memahami alam kita, lebih akrab, menyatu sejiwa...
Saatnya lebih mendekatkan diri pada Sang Maha Pemilik
Bersyukurlah.... selalu
Amar ma'ruf Nahi Munkar.... ditegakkan
Saling nasihat dalam kesabaran
Saling nasihat dalam kebaikan

Memohon ampunan .....
Meminta berkah dan keselamatan

                                  

Sabtu, 26 September 2009

Peluang Usaha dan Bisnis Properti Tanpa Modal


By Jimmy Kurnia Indradjaya

Menggeluti peluang bisnis dan peluang usaha properti atau yang biasa orang sebut real estate agent bisa menjadi pilihan yang menarik untuk dilakukan. Selain tidak membutuhkan modal,cukup mudah untuk dilakukan, tidak menyita waktu, tidak membutuhkan tempat yang paling menarik adalah komisi yang cukup besar menanti.

Target Pasar
Target pasar kita adalah orang-orang yang ingin menjual rumah atau properti mereka. Selain itu calon pembeli adalah juga calon konsumen kita.

Hal-hal Yang Dibutuhkan
Tidaklah dibutuhkan banyak hal untuk memulai bisnis ini. Memang akan lebih baik jika kita mempunyai kemampuan untuk bernegosiasi dan mau bekerja keras. Hampir semua orang dapat menekuni bisnis ini asalkan mempunyai kesabaran dan keuletan.
Pertama, anda perlu mengetahui dimana anda dapat menemukan properti ini, dimana sumbernya sbb:
1. Iklan Baris
2. Memasang iklan (anda katakan bahwa anda adalah investor dengan dana unlimited)
3. Agen properti (anda dapat menitipkan pesan kepada agent untuk memberitahu anda seandainya ada properti dengan : harga dibawah harga pasar, terdesak untuk menjual, dan ada return minimal 10%
4. Menyisir 1 wilayah
5. Teman dan kenalan
6. Bank
7. Pengadilan
8. Klub investasi
9. Profesional (notaris, badan pertanahan, pengacara, petugas pajak, dll)

Kedua, yang kita lakukan adalah mencari iklan dikoran atau majalah yang membahas tentang iklan properti atau juga dapat dengan cara mendatangi kantor real estate agent yang sekarang sudah banyak seperti Ray White, Century 21 dll. Hal pertama yang anda harus cari adalah properti yang ingin dijual dengan ciri2 tertentu seperti:
1. Dijual senilai NJOP (biasanya lebih rendah dari harga jual)
2. Dijual Segera/Cepat
3. Membutuhkan Uang/Dana
4. Mau dilelang
5. Properti usang (seringkali harganya murah)
Keuntungan dari properti dengan ”kondisi istimewa” seperti ini akan memungkinkan kita untuk melakukan negosiasi yang lebih mudah dengan si-pemilk properti. Bila kita telah bertemu dengan pemilk properti maka kita dapat melakukan penawaran dengan harga yang lebih “mahal” dari yang diminta. Agak aneh? Memang dan itu disengaja! Mengapa? Karena dengan “menaikkan” harga dari yang diminta sipenjual maka kita dapat “meminta” sesuatu dari sipemilik properti. Misalnya kita minta waktu perpanjangan misalnya 3 bulan atau 6 bulan kemudian baru kita bayar (Sedapat mungkin dilengkapi dengan semacam surat perjanjian antara anda dan sipenjual) .
Setelah anda mendapatkan dokumen persetujuan itu maka kita bisa mulai mencari pembeli sehingga anda tidak perlu mengeluarkan uang/modal sendiri. Dengan tenggang waktu 3 - 6 bulan tersebut maka anda mempunyai cukup waktu untuk mencari pembeli.
Untuk lebih menarik si pemilik untuk tetap hanya “terikat” kepada anda maka dapat anda tambahkan dalam perjanjian bahwa anda juga akan “membagi” komisi yang anda terima sebesar 20 - 30 %. Lho kok besar benar? Kenapa tidak, toh anda tidak mengeluarkan modal apapun.

Kendala
Mungkin mencari pembeli dan pemeriksaan dokumen properti adalah hal yang paling sulit.
Tips
Untuk dokumen properti anda dapat bekerja sama dengan orang yang berkompeten dengan hal ini. Untuk pemasaran dapat anda sebarkan lewat kenalan anda untuk itu anda perlu mempunyai daftar nama yang selalu di tambah atau dengan menggunakan Internet.
Alangkah baiknya jika anda juga membuat kartu nama yang dapat kita bagikan pada saat menawarkan properti yang anda jual untuk membantu bila orang tersebut ingin menghubungi anda.
Anda tertarik dan ingin memanfaatkan peluang usaha dan bisnis properti tanpa modal ini.

Ayo Semangat!

Membangun Visi Itu Simpel




Saat membaca artikel ini, pastikan Anda sudah menyadari seberapa penting sebuah visi dalam perjalanan sukses Anda. Untuk itu, Anda bisa membaca seberapa penting arti sebuah visi.
Salah satu alasan kenapa orang tidak berani memiliki visi sukses yang besar adalah mind block yang mengunci pikiran kita. Anda jadi tidak berani bermimpi besar untuk sukses. Padahal di buku ”Berpikir dan Berjiwa Besar” saya membaca seberapa besar Anda berani berpikir sukses, sebesar itulah kesuksesan Anda. Jadi segera bebaskan pikiran Anda.
Ini ada sedikit cara praktis dan sederhana yang bisa Anda pakai untuk merancang dan membangun visi sukses demi mencapai kehidupan yang sukses. Anda tidak perlu ragu karena langkah-langkah berikut saya ambilkan dari buku ”Manage Your Mind for Success” karangan Adi W. Gunawan (Mind Navigator & Reeducator No.1 Indonesia), yang sudah teruji.
Beberapa rekan saya yang sudah lebih dahulu sukses juga melakukan hal-hal sederhana berikut. Saya pun sudah mencobanya dan hasilnya luar biasa. Anda akan selalu termotivasi dan fokus dalam bekerja meraih semua tujuan Anda tersebut. Oke, ini langkah-langkahnya :
Tuliskan di secarik kertas. 15 tahun lagi dari sekarang bagaimana kehidupan yang Anda inginkan. Buatlah detail.
Contoh :
• 15 tahun lagi saya punya income US$.100.000 / bulan.
• 15 tahun lagi saya punya rumah seharga ± 15 Milyar
• 15 tahun lagi saya punya pesawat jet pribadi. Dll.
Setelah Anda membuat list dari no.1 maka selanjutnya tuliskan bagaimana keadaan Anda 10 tahun lagi dari sekarang. Buatlah detail seperti pada langkah sebelumnya.
Contoh :
• 10 tahun lagi saya punya income US$.50.000 / bulan.
• 10 tahun lagi saya punya mobil mercy seharga > 2 Milyar.
• 10 tahun lagi saya punya rumah seharga ± 2 Milyar. Dll.
Lanjutkan kembali dengan menuliskan bagaimana keadaan Anda 5 tahun lagi dari sekarang. Sekali lagi buatlah detail.
Contoh :
• 5 tahun lagi saya sudah berhenti kerja.
• 5 tahun lagi bisnis saya mampu memberikan penghasilan sebesar US$.10.000 / bulan tanpa saya harus bekerja.
• 5 tahun lagi saya berkeluarga
• 5 tahun lagi saya punya rumah seharga ± 500 juta. Dll.
Detilkan kembali hingga menjadi target tahunan, bulanan, mingguan, bahkan taget kerja harian Anda.
Setelah Anda membuat list tersebut, maka selanjutnya Anda perlu membuat papan visi. Papan visi ini berupa sebuah papan yang berisi gambar-gambar visual yang mewakili semua dream-dream / visi Anda tersebut. Makin mirip gambarnya dengan apa yang Anda inginkan makin baik. Untuk gambaran papan visi, Anda bisa melihat papan visi saya yang menjadi gambar untuk artikel ini. Misalkan Anda ingin punya mobil Jazz, maka tempelkan gambar mobil itu di papan visi.
Jadwalkan secara rutin untuk selalu melihat papan visi Anda. Diutamakan pagi hari setelah bangun tidur dan malam hari sebelum tidur.
Bayangkanlah seolah-olah Anda sudah mendapatkan itu semua. Berdoa dan bersyukurlah atas semua yang sudah Anda dapatkan itu (walau hanya dalam bentuk angan-angan).
Tanamkan keyakinan pada diri Anda bahwa itu semua akan terwujud. Jangan ada sedikitpun keraguan. Ini untuk memaksimalkan hukum daya tarik / the law of attraction (akan saya ulas di artikel mendatang).
Simpel bukan… Saya yakin beberapa dari Anda mungkin heran. Bahkan Anda akan mengecap saya orang yang aneh. Well, itu pendapat masing-masing. Tapi yang jelas dari apa yang saya tempelkan di papan visi beberapa diantaranya sudah terwujud : HP CDMA (Nokia 1265), HP Nokia 3230 (meleset dikit, pengennya N 9300i) dengan internet mobile, LG DVD Writer for PC, Tabungan senilai Rp.2.500.000, dan Laptop AXIOO (7jutaan).
Memang sih masih sedikit. Tapi yang sedikit ini benar-benar saya syukuri. Bayangkan bila Anda masih mahasiswa dan itu semua Anda dapatkan dari hasil kerja keras sendiri? Saya sih lebih bangga dari pada mereka yang punya lebih tapi minta ortu. Setuju…?
Kembali ke topik, Anda bisa mencobanya dengan menempelkan hal-hal yang kecil dulu. Tapi ingat tidak boleh ada keraguan. Anda tidak boleh berprasangka buruk terhadap Allah, jika memang apa yang Anda inginkan tidak bisa segera terwujud. Semua butuh proses. Bagaimana prosesnya biarlah Allah yang mengatur jalannya untuk Anda. Percaya saja dengan Allah.
Selain itu bersikaplah terbuka terhadap setiap peluang yang datang. Karena bisa jadi itu adalah jalan yang dipilihkan Tuhan untuk membantu Anda sukses. Selain itu kesempatan yang baik biasanya tidak datang dua kali.
Saat ini saya memang belum sesukses yang saya inginkan. Namun, kalau kesuksesan kecil yang saya inginkan saja bisa terwujud maka bukan mustahil kelak kesuksesan besar bakal menghampiri. Karena saya percaya sukses adalah hak semua orang. Dan Allah tidak pernah tidur melihat hambanya yang berjuang untuk sukses.

Selamat mencoba…

sumber: www.ariefmaulana.com



Jumat, 25 September 2009

LET'S BEGIN WITH A DREAM

Setiap orang yang akan melakukan sesuatu hal yang baru pasti awal mulanya ragu selanjutnya bingung dan akhirnya tidak jadi. Ya..begitulah permulaan itu memang sulit, sehingga apabila aksi pertama ini tidak tepat selanjutnya kebingungan dan ketidakyakinan yang akan mengendalikan.  Sehingga tidak ada yang terwujud, semuanya buyar.

Setelah membaca berbagai kisah orang - orang sukses, penulis berkesimpulan bahwa setiap kita bisa sukses atau lebih ekstrim bisa dikatakan "setiap orang berhak untuk SUKSES "Ya....... setiap orang, apapun agamanya, apapun bangsanya, apapun statusnya, apapun embel - embelnya.... siapapun orangnya  insyaAllah bisa SUKSES.   Disinilah ke-Mahapemurahan Allah bagi seluruh mahluknya, Allah sang Maha Pencipta menciptakan mahluknya satu paket dengat kesuksesannya. Betul setiap mahluk, bukan hanya kita spesies manusia sebagai mahluk kesayanganNya melainkan semua mahluk di jagad raya ini berpotensi menggapai kesuksesannya, dan hebatnya lagi bukan hanya disini (baca: di dunia fana) but also disana (baca: di akhirat kekal).

Langkah awal  yang akan mengarahkan setiap orang pada kesusesannya adalah  DREAM.   Dalam bahasa manajemen sering disebut dengan VISI,  bisa berupa cita - cita, keinginan, harapan, atau obsesi akan sesuatu yang bisa terwujud di kemudian hari dalam kehidupan kita.  Setiap mimpi bisa terwujud, bisa persis sama, bisa terwujudnya  kurang sedikit atau bisa juga sangat kurang dari yang diimpikan.

  • Agara Mimpi kita bisa benar - benar menuntun kepada kesuksesan maka pastikan mengandung  hal -hal sebagai berikut:
  • Selalu Niatkan semuanya untuk ibadah kepada Allah SWT, karena itulah tugas manusia sebagai Mahluk-Nya
  • Buatlah Mimpi Sebesar mungkin tapi tetap terukur oleh 2 dimensi kehidupan kita, Waktu dan Ruang
  • Visualkan mimpi kita, Ada gambarnya gitu lho
  • Buatlah Tahapan yang detail untuk pencapaian mimpi kita
  • Kabarkan pada orang - orang  tercinta yang bisa memberikan energi posistif
  • Bersyukur dan Berdoa dan jangan lupa bersedekah

Jadi kawan, Let's Begin with Dream !!!

Terimakasih atas komentarnya

Bagian terindah dari mimpi - mimpi kita adalah keajaiban - keajaiban yang terjadi pada saat proses upaya pencapainnya.






Kamis, 24 September 2009








































































































































































































Kode warna yang terpilih :

Get it

Selasa, 22 September 2009

Meneladani Rasulullah dalam Ber'idul Fithri

Meneladani Rasulullah dalam Ber'idul Fithri
Dikirim oleh webmaster, Ahad 31 Agustus 2008, kategori Aqidah
Penulis: Al-Ustadz Qomar ZA, Lc
.: :.
Idul Fitri bisa memiliki banyak makna bagi tiap-tiap orang. Ada yang memaknai Idul Fitri sebagai hari yang menyenangkan karena tersedianya banyak makanan enak, baju baru, banyaknya hadiah, dan lainnya. Ada lagi yang memaknai Idul Fitri sebagai saat yang paling tepat untuk pulang kampung dan berkumpul bersama handai tolan. Sebagian lagi rela melakukan perjalanan yang cukup jauh untuk mengunjungi tempat-tempat wisata, dan berbagai aktivitas lain yang bisa kita saksikan. Namun barangkali hanya sedikit yang mau untuk memaknai Idul Fitri sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam “memaknainya”.

Idul Fitri memang hari istimewa. Secara syar’i pun dijelaskan bahwa Idul Fitri merupakan salah satu hari besar umat Islam selain Hari Raya Idul Adha. Karenanya, agama ini membolehkan umatnya untuk mengungkapkan perasaan bahagia dan bersenang-senang pada hari itu.

Sebagai bagian dari ritual agama, prosesi perayaan Idul Fitri sebenarnya tak bisa lepas dari aturan syariat. Ia harus didudukkan sebagaimana keinginan syariat.

Bagaimana masyarakat kita selama ini menjalani perayaan Idul Fitri yang datang menjumpai? Secara lahir, kita menyaksikan perayaan Hari Raya Idul Fitri masih sebatas sebagai rutinitas tahunan yang memakan biaya besar dan juga melelahkan. Kita sepertinya belum menemukan esensi yang sebenarnya dari Hari Raya Idul Fitri sebagaimana yang dimaukan syariat.

Bila Ramadhan sudah berjalan 3 minggu atau sepekan lagi ibadah puasa usai, “aroma” Idul Fitri seolah mulai tercium. Ibu-ibu pun sibuk menyusun menu makanan dan kue-kue, baju-baju baru ramai diburu, transportasi mulai padat karena banyak yang bepergian atau karena arus mudik mulai meningkat, serta berbagai aktivitas lainya. Semua itu seolah sudah menjadi aktivitas “wajib” menjelang Idul Fitri, belum ada tanda-tanda menurun atau berkurang.
Untuk mengerjakan sebuah amal ibadah, bekal ilmu syar’i memang mutlak diperlukan. Bila tidak, ibadah hanya dikerjakan berdasar apa yang dia lihat dari para orang tua. Tak ayal, bentuk amalannya pun menjadi demikian jauh dari yang dimaukan syariat.
Demikian pula dengan Idul Fitri. Bila kita paham bagaimana bimbingan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam masalah ini, tentu berbagai aktivitas yang selama ini kita saksikan bisa diminimalkan. Beridul Fitri tidak harus menyiapkan makanan enak dalam jumlah banyak, tidak harus beli baju baru karena baju yang bersih dan dalam kondisi baik pun sudah mencukupi, tidak harus mudik karena bersilaturahim dengan para saudara yang sebenarnya bisa dilakukan kapan saja, dan sebagainya. Dengan tahu bimbingan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, beridul Fitri tidak lagi butuh biaya besar dan semuanya terasa lebih mudah.
Berikut ini sedikit penjelasan tentang bimbingan syariat dalam beridul Fitri.

Definisi Ied (Hari Raya)
Ibnu A’rabi mengatakan: “Id1 dinamakan demikian karena setiap tahun terulang dengan kebahagiaan yang baru.” (Al-Lisan hal. 5)
Ibnu Taimiyyah berkata: “Id adalah sebutan untuk sesuatu yang selalu terulang berupa perkumpulan yang bersifat massal, baik tahunan, mingguan atau bulanan.” (dinukil dari Fathul Majid hal. 289 tahqiq Al-Furayyan)
Id dalam Islam adalah Idul Fitri, Idul Adha dan Hari Jum’at.

عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِيْنَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُوْنَ فِيْهِمَا، فَقَالَ: مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟ قَالُوا: كُنَّا نَلْعَبُ فِيْهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا، يَوْمَ اْلأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ

Dari Anas bin Malik ia berkata: Rasulullah datang ke Madinah dalam keadaan orang-orang Madinah mempunyai 2 hari (raya) yang mereka bermain-main padanya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: “Apa (yang kalian lakukan) dengan 2 hari itu?” Mereka menjawab: “Kami bermain-main padanya waktu kami masih jahiliyyah.” Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menggantikannya untuk kalian dengan yang lebih baik dari keduanya, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri.” (Shahih, HR. Abu Dawud no. 1004, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani)

Hukum Shalat Ied
Ibnu Rajab berkata: “Para ulama berbeda pendapat tentang hukum Shalat Id menjadi 3 pendapat:
Pertama: Shalat Id merupakan amalan Sunnah (ajaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam) yang dianjurkan, seandainya orang-orang meninggalkannya maka tidak berdosa. Ini adalah pendapat Al-Imam Ats-Tsauri dan salah satu riwayat dari Al-Imam Ahmad.
Kedua: Bahwa itu adalah fardhu kifayah, sehingga jika penduduk suatu negeri sepakat untuk tidak melakukannya berarti mereka semua berdosa dan mesti diperangi karena meninggalkannya. Ini yang tampak dari madzhab Al-Imam Ahmad dan pendapat sekelompok orang dari madzhab Hanafi dan Syafi’i.
Ketiga: Wajib ‘ain (atas setiap orang) seperti halnya Shalat Jum’at. Ini pendapat Abu Hanifah dan salah satu riwayat dari Imam Ahmad.
Al-Imam Asy-Syafi’I mengatakan dalam Mukhtashar Al-Muzani: “Barangsiapa memiliki kewajiban untuk mengerjakan Shalat Jum’at, wajib baginya untuk menghadiri shalat 2 hari raya. Dan ini tegas bahwa hal itu wajib ‘ain.” (Diringkas dari Fathul Bari Ibnu Rajab, 6/75-76)
Yang terkuat dari pendapat yang ada –wallahu a’lam– adalah pendapat ketiga dengan dalil berikut:

عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ: أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُوْرِ، فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاَةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِيْنَ. قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِحْدَانَا لاَ يَكُوْنُ لَهَا جِلْبَابٌ؟ قَالَ: لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا

Dari Ummu ‘Athiyyah ia mengatakan: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk mengajak keluar (kaum wanita) pada (hari raya) Idul Fitri dan Idul Adha yaitu gadis-gadis, wanita yang haid, dan wanita-wanita yang dipingit. Adapun yang haid maka dia menjauhi tempat shalat dan ikut menyaksikan kebaikan dan dakwah muslimin. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab?” Nabi menjawab: “Hendaknya saudaranya meminjamkan jilbabnya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim, ini lafadz Muslim Kitabul ‘Idain Bab Dzikru Ibahati Khurujinnisa)
Perhatikanlah perintah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk pergi menuju tempat shalat, sampai-sampai yang tidak punya jilbabpun tidak mendapatkan udzur. Bahkan tetap harus keluar dengan dipinjami jilbab oleh yang lain.
Shiddiq Hasan Khan berkata: “Perintah untuk keluar berarti perintah untuk shalat bagi yang tidak punya udzur… Karena keluarnya (ke tempat shalat) merupakan sarana untuk shalat dan wajibnya sarana tersebut berkonsekuensi wajibnya yang diberi sarana (yakni shalat).
Di antara dalil yang menunjukkan wajibnya Shalat Id adalah bahwa Shalat Id menggugurkan Shalat Jum’at bila keduanya bertepatan dalam satu hari. Dan sesuatu yang tidak wajib tidak mungkin menggugurkan suatu kewajiban.” (Ar-Raudhatun Nadiyyah, 1/380 dengan At-Ta’liqat Ar-Radhiyyah. Lihat pula lebih rinci dalam Majmu’ Fatawa, 24/179-186, As-Sailul Jarrar, 1/315, Tamamul Minnah, hal. 344)

Wajibkah Shalat Id Bagi Musafir?
Sebuah pertanyaan telah diajukan kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, yang intinya: Apakah untuk Shalat Id disyaratkan pelakunya seorang yang mukim (tidak sedang bepergian)?
Beliau kemudian menjawab yang intinya: “Ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Ada yang mengatakan, disyaratkan mukim. Ada yang mengatakan, tidak disyaratkan mukim.”
Lalu beliau mengatakan: “Yang benar tanpa keraguan, adalah pendapat yang pertama. Yaitu Shalat Id tidak disyariatkan bagi musafir, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam banyak melakukan safar dan melakukan 3 kali umrah selain umrah haji, beliau juga berhaji wada’ dan ribuan manusia menyertai beliau, serta beliau berperang lebih dari 20 peperangan, namun tidak seorangpun menukilkan bahwa dalam safarnya beliau melakukan Shalat Jum’at dan Shalat Id…” (Majmu’ Fatawa, 24/177-178)

Mandi Sebelum Melakukan Shalat Id

عَنْ مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى

“Dari Malik dari Nafi’, ia berkata bahwa Abdullah bin Umar dahulu mandi pada hari Idul Fitri sebelum pergi ke mushalla (lapangan).” (Shahih, HR. Malik dalam Al-Muwaththa` dan Al-Imam Asy-Syafi’i dari jalannya dalam Al-Umm)
Dalam atsar lain dari Zadzan, seseorang bertanya kepada ‘Ali radhiallahu 'anhu tentang mandi, maka ‘Ali berkata: “Mandilah setiap hari jika kamu mau.” Ia menjawab: “Tidak, mandi yang itu benar-benar mandi.” Ali radhiallahu 'anhu berkata: “Hari Jum’at, hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Idul Fitri.” (HR. Al-Baihaqi, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa`, 1-176-177))

Memakai Wewangian
عَنْ مُوْسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ يَغْتَسِلُ وَيَتَطَيَّبُ يَوْمَ الْفِطْرِ
“Dari Musa bin ‘Uqbah, dari Nafi’ bahwa Ibnu ‘Umar mandi dan memakai wewangian di hari Idul fitri.” (Riwayat Al-Firyabi dan Abdurrazzaq)
Al-Baghawi berkata: “Disunnahkan untuk mandi di hari Id. Diriwayatkan dari Ali bahwa beliau mandi di hari Id, demikian pula yang sejenis itu dari Ibnu Umar dan Salamah bin Akwa’ dan agar memakai pakaian yang paling bagus yang dia dapati serta agar memakai wewangian.” (Syarhus Sunnah, 4/303)

Memakai Pakaian yang Bagus
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: أَخَذَ عُمَرُ جُبَّةً مِنْ إِسْتَبْرَقٍ تُبَاعُ فِي السُّوْقِ فَأَخَذَهَا فَأَتَى بِهَا رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ ابْتَعْ هَذِهِ تَجَمَّلْ بِهَا لِلْعِيْدِ وَالْوُفُوْدِ. فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّمَا هَذِهِ لِبَاسُ مَنْ لاَ خَلاَقَ لَهُ
Dari Abdullah bin Umar bahwa Umar mengambil sebuah jubah dari sutera yang dijual di pasar maka dia bawa kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Umar radhiallahu 'anhu berkata: “Wahai Rasulullah, belilah ini dan berhiaslah dengan pakaian ini untuk hari raya dan menyambut utusan-utusan.” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun berkata: “Ini adalah pakaian orang yang tidak akan dapat bagian (di akhirat)….” (Shahih, HR. Al-Bukhari Kitabul Jum’ah Bab Fil ‘Idain wat Tajammul fihi dan Muslim Kitab Libas Waz Zinah)
Ibnu Rajab berkata: “Hadits ini menunjukkan disyariatkannya berhias untuk hari raya dan bahwa ini perkara yang biasa di antara mereka.” (Fathul Bari)

Makan Sebelum Berangkat Shalat Id

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ. وَقَالَ مُرَجَّأُ بْنُ رَجَاءٍ: حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللهِ قَالَ: حَدَّثَنِي أَنَسٌ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا

Dari Anas bin Malik ia berkata: Adalah Rasulullah tidak keluar di hari fitri sebelum beliau makan beberapa kurma. Murajja‘ bin Raja‘ berkata: Abdullah berkata kepadaku, ia mengatakan bahwa Anas berkata kepadanya: “Nabi memakannya dalam jumlah ganjil.” (Shahih, HR Al-Bukhari Kitab Al-’Idain Bab Al-Akl Yaumal ‘Idain Qablal Khuruj)
Ibnu Rajab berkata: “Mayoritas ulama menganggap sunnah untuk makan pada Idul Fitri sebelum keluar menuju tempat Shalat Id, di antara mereka ‘Ali dan Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhuma.”
Di antara hikmah dalam aturan syariat ini, yang disebutkan oleh para ulama adalah:
a. Menyelisihi Ahlul kitab, yang tidak mau makan pada hari raya mereka sampai mereka pulang.
b. Untuk menampakkan perbedaan dengan Ramadhan.
c. Karena sunnahnya Shalat Idul Fitri lebih siang (dibanding Idul Adha) sehingga makan sebelum shalat lebih menenangkan jiwa. Berbeda dengan Shalat Idul Adha, yang sunnah adalah segera dilaksanakan. (lihat Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/89)

Bertakbir Ketika Keluar Menuju Tempat Shalat

كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ فَيُكَبِّرُ حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى وَحَتَّى يَقْضِيَ الصَّلاَةَ، فَإِذَا قَضَى الصَّلاَةَ؛ قَطَعَ التَّكْبِيْرَ
“Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar di Hari Raya Idul Fitri lalu beliau bertakbir sampai datang ke tempat shalat dan sampai selesai shalat. Apabila telah selesai shalat beliau memutus takbir.” (Shahih, Mursal Az-Zuhri, diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dengan syawahidnya dalam Ash-Shahihah no. 171)
Asy-Syaikh Al-Albani berkata: “Dalam hadits ini ada dalil disyariatkannya apa yang diamalkan kaum muslimin yaitu bertakbir dengan keras selama perjalanan menuju tempat shalat walaupun banyak di antara mereka mulai menggampangkan sunnah (ajaran) ini, sehingga hampir-hampir menjadi sekedar berita (apa yang dulu terjadi). Hal itu karena lemahnya mental keagamaan mereka dan karena rasa malu untuk menampilkan sunnah serta terang-terangan dengannya. Dan dalam kesempatan ini, amat baik untuk kita ingatkan bahwa mengeraskan takbir di sini tidak disyariatkan padanya berpadu dalam satu suara sebagaimana dilakukan sebagian manusia2…” (Ash-Shahihah: 1 bagian 1 hal. 331)

Lafadz Takbir
Tentang hal ini tidak terdapat riwayat yang shahih dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam –wallahu a’lam–. Yang ada adalah dari shahabat, dan itu ada beberapa lafadz.
Asy-Syaikh Al-Albani berkata: Telah shahih mengucapkan 2 kali takbir dari shahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu 'anhu:
أَنَّهُ كَانَ يُكَبِرُ أَيَّامَ التَّشْرِيْقِ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهٌ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Bahwa beliau bertakbir di hari-hari tasyriq:
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهٌ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
(HR. Ibnu Abi Syaibah, 2/2/2 dan sanadnya shahih)
Namun Ibnu Abi Syaibah menyebutkan juga di tempat yang lain dengan sanad yang sama dengan takbir tiga kali. Demikian pula diriwayatkan Al-Baihaqi (3/315) dan Yahya bin Sa’id dari Al-Hakam dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dengan tiga kali takbir.
Dalam salah satu riwayat Ibnu ‘Abbas disebutkan:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا اللهُ أَكْبَرُ وَأَجَلَّ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
(Lihat Irwa`ul Ghalil, 3/125)

Tempat Shalat Id
Banyak ulama menyebutkan bahwa petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam shalat dua hari raya adalah beliau selalu melakukannya di mushalla.
Mushalla yang dimaksud adalah tempat shalat berupa tanah lapang dan bukan masjid, sebagaimana dijelaskan sebagian riwayat hadits berikut ini.

عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ: خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أَضْحًى إِلَى الْبَقِيْعِ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ وَقَالَ: إِنَّ أَوَّلَ نُسُكِنَا فِي يَوْمِنَا هَذَا أَنْ نَبْدَأَ بِالصَّلاَةِ ثُمَّ نَرْجِعَ فَنَنْحَرَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ وَافَقَ سُنَّتَنَا

Dari Al-Bara’ Ibnu ‘Azib ia berkata: “Nabi pergi pada hari Idul Adha ke Baqi’ lalu shalat 2 rakaat lalu menghadap kami dengan wajahnya dan mengatakan: ‘Sesungguhnya awal ibadah kita di hari ini adalah dimulai dengan shalat. Lalu kita pulang kemudian menyembelih kurban. Barangsiapa yang sesuai dengan itu berarti telah sesuai dengan sunnah…” (Shahih, HR. Al-Bukhari Kitab Al-’Idain Bab Istiqbalul Imam An-Nas Fi Khuthbatil ‘Id)
Ibnu Rajab berkata: “Dalam hadits ini dijelaskan bahwa keluarnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan shalatnya adalah di Baqi’, namun bukan yang dimaksud adalah Nabi shalat di kuburan Baqi’. Tapi yang dimaksud adalah bahwa beliau shalat di tempat lapang yang bersambung dengan kuburan Baqi’ dan nama Baqi’ itu meliputi seluruh daerah tersebut. Juga Ibnu Zabalah telah menyebutkan dengan sanadnya bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat Id di luar Madinah sampai di lima tempat, sehingga pada akhirnya shalatnya tetap di tempat yang dikenal (untuk pelaksanaan Id, -pent.). Lalu orang-orang sepeninggal beliau shalat di tempat itu.” (Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/144)

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلاَةُ ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُوْمُ مُقَابِلَ النَّاسِ وَالنَّاسُ جُلُوْسٌ عَلَى صُفُوْفِهِمْ فَيَعِظُهُمْ وَيُوْصِيْهِمْ وَيَأْمُرُهُمْ فَإِنْ كَانَ يُرِيْدُ أَنْ يَقْطَعَ بَعْثًا قَطَعَهُ أَوْ يَأْمُرَ بِشَيْءٍ أَمَرَ بِهِ ثُمَّ يَنْصَرِفُ

“Dari Abu Sa’id Al-Khudri ia mengatakan: Bahwa Rasulullah dahulu keluar di hari Idul Fitri dan Idhul Adha ke mushalla, yang pertama kali beliau lakukan adalah shalat, lalu berpaling dan kemudian berdiri di hadapan manusia sedang mereka duduk di shaf-shaf mereka. Kemudian beliau menasehati dan memberi wasiat kepada mereka serta memberi perintah kepada mereka. Bila beliau ingin mengutus suatu utusan maka beliau utus, atau ingin memerintahkan sesuatu maka beliau perintahkan, lalu beliau pergi.” (Shahih, HR. Al-Bukhari Kitab Al-’Idain Bab Al-Khuruj Ilal Mushalla bi Ghairil Mimbar dan Muslim)
Ibnu Hajar menjelaskan: “Al-Mushalla yang dimaksud dalam hadits adalah tempat yang telah dikenal, jarak antara tempat tersebut dengan masjid Nabawi sejauh 1.000 hasta.” Ibnul Qayyim berkata: “Yaitu tempat jamaah haji meletakkan barang bawaan mereka.”
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata: “Nampaknya tempat itu dahulu di sebelah timur masjid Nabawi, dekat dengan kuburan Baqi’…” (dinukil dari Shalatul ‘Idain fil Mushalla Hiya Sunnah karya Asy-Syaikh Al-Albani, hal. 16)

Waktu Pelaksanaan Shalat

يَزِيْدُ بْنُ خُمَيْرٍ الرَّحَبِيُّ قَالَ: خَرَجَ عَبْدُ اللهِ بْنُ بُسْرٍ صَاحِبُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ النَّاسِ فِي يَوْمِ عِيْدِ فِطْرٍ أَوْ أَضْحَى فَأَنْكَرَ إِبْطَاءَ اْلإِمَامِ. فَقَالَ: إِنَّا كُنَّا قَدْ فَرَغْنَا سَاعَتَنَا هَذِهِ وَذَلِكَ حِيْنَ التَّسْبِيْحِ
“Yazid bin Khumair Ar-Rahabi berkata: Abdullah bin Busr, salah seorang shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pergi bersama orang-orang di Hari Idul Fitri atau Idhul Adha, maka ia mengingkari lambatnya imam. Iapun berkata: ‘Kami dahulu telah selesai pada saat seperti ini.’ Dan itu ketika tasbih.” (Shahih, HR. Al-Bukhari secara mua’llaq, Kitabul ‘Idain Bab At-Tabkir Ilal ‘Id, 2/456, Abu Dawud Kitabush Shalat Bab Waqtul Khuruj Ilal ‘Id: 1135, Ibnu Majah Kitab Iqamatush- shalah was Sunan fiha Bab Fi Waqti Shalatil ’Idain. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud)
Yang dimaksud dengan kata “ketika tasbih” adalah ketika waktu shalat sunnah. Dan itu adalah ketika telah berlalunya waktu yang dibenci shalat padanya. Dalam riwayat yang shahih riwayat Ath-Thabrani yaitu ketika Shalat Sunnah Dhuha.
Ibnu Baththal berkata: “Para ahli fiqih bersepakat bahwa Shalat Id tidak boleh dilakukan sebelum terbitnya matahari atau ketika terbitnya. Shalat Id hanyalah diperbolehkan ketika diperbolehkannya shalat sunnah.” Demikian dijelaskan Ibnu Hajar. (Al-Fath, 2/457)
Namun sebenarnya ada yang berpendapat bahwa awal waktunya adalah bila terbit matahari, walaupun waktu dibencinya shalat belum lewat. Ini pendapat Imam Malik. Adapun pendapat yang lalu, adalah pendapat Abu Hanifah, Ahmad dan salah satu pendapat pengikut Syafi’i. (lihat Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/104)
Namun yang kuat adalah pendapat yang pertama, karena menurut Ibnu Rajab: “Sesungguhnya telah diriwayatkan dari Ibnu Umar, Rafi’ bin Khadij dan sekelompok tabi’in bahwa mereka tidak keluar menuju Shalat Id kecuali bila matahari telah terbit. Bahkan sebagian mereka Shalat Dhuha di masjid sebelum keluar menuju Id. Ini menunjukkan bahwa Shalat Id dahulu dilakukan setelah lewatnya waktu larangan shalat.” (lihat Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/105)

Apakah Waktu Idul Fitri lebih Didahulukan daripada Idul Adha?
Ada dua pendapat:
Pertama, bahwa keduanya dilakukan dalam waktu yang sama.
Kedua, disunnahkan untuk diakhirkan waktu Shalat Idul Fitri dan disegerakan waktu Idul Adha. Itu adalah pendapat Abu Hanifah, Asy-Syafi’i dan Ahmad. Ini yang dikuatkan Ibnu Qayyim, dan beliau mengatakan: “Dahulu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melambatkan Shalat Idul Fitri serta menyegerakan Idul Adha. Dan Ibnu ‘Umar dengan semangatnya untuk mengikuti sunnah tidak keluar sehingga telah terbit matahari dan bertakbir dari rumahnya menuju mushalla.” (Zadul Ma’ad, 1/427, Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/105)
Hikmahnya, dengan melambatkan Shalat Idul Fitri maka semakin meluas waktu yang disunahkan untuk mengeluarkan zakat fitrah; dan dengan menyegerakan Shalat Idul Adha maka semakin luas waktu untuk menyembelih dan tidak memberatkan manusia untuk menahan dari makan sehingga memakan hasil qurban mereka. (lihat Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/105-106)

Tanpa Adzan dan Iqamah

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِيْدَيْنِ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلاَ مَرَّتَيْنِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ

Dari Jabir bin Samurah ia berkata: “Aku shalat bersama Rasulullah 2 Hari Raya (yakni Idul Fitri dan Idul Adha), bukan hanya 1 atau 2 kali, tanpa adzan dan tanpa iqamah.” (Shahih, HR. Muslim)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَعَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ اْلأَنْصَارِيِّ قَالاَ: لَمْ يَكُنْ يُؤَذَّنُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَلاَ يَوْمَ اْلأَضْحَى ثُمَّ سَأَلْتُهُ بَعْدَ حِيْنٍ عَنْ ذَلِكَ فَأَخْبَرَنِي قَالَ: أَخْبَرَنِي جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللهِ اْلأَنْصَارِيُّ أَنْ لاَ أَذَانَ لِلصَّلاَةِ يَوْمَ الْفِطْرِ حِيْنَ يَخْرُجُ اْلإِمَامُ وَلاَ بَعْدَ مَا يَخْرُجُ وَلاَ إِقَامَةَ وَلا نِدَاءَ وَلاَ شَيْءَ، لاَ نِدَاءَ يَوْمَئِذٍ وَلاَ إِقَامَةَ

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma dan Jabir bin Abdillah Al-Anshari keduanya berkata: “Tidak ada adzan pada hari Fitri dan Adha.” Kemudian aku bertanya kepada Ibnu Abbas tentang itu, maka ia mengabarkan kepadaku bahwa Jabir bin Abdillah Al-Anshari mengatakan: “Tidak ada adzan dan iqamah di hari Fitri ketika keluarnya imam, tidak pula setelah keluarnya. Tidak ada iqamah, tidak ada panggilan dan tidak ada apapun, tidak pula iqamah.” (Shahih, HR. Muslim)
Ibnu Rajab berkata: “Tidak ada perbedaan pendapat di antara ulama dalam hal ini dan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar dan ‘Umar radhiallahu 'anhuma melakukan Shalat Id tanpa adzan dan iqamah.”
Al-Imam Malik berkata: “Itu adalah sunnah yang tiada diperselisihkan menurut kami, dan para ulama sepakat bahwa adzan dan iqamah dalam shalat 2 Hari Raya adalah bid’ah.” (Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/94)
Bagaimana dengan panggilan yang lain semacam: Ash-shalatu Jami’ah?
Al-Imam Asy-Syafi’i dan pengikutnya menganggap hal itu sunnah. Mereka berdalil dengan: Pertama: riwayat mursal dari seorang tabi’in yaitu Az-Zuhri.
Kedua: mengqiyaskannya dengan Shalat Kusuf (gerhana).
Namun pendapat yang kuat bahwa hal itu juga tidak disyariatkan. Adapun riwayat dari Az-Zuhri merupakan riwayat mursal yang tentunya tergolong dha’if (lemah). Sedangkan pengqiyasan dengan Shalat Kusuf tidaklah tepat, dan keduanya memiliki perbedaan. Di antaranya bahwa pada Shalat Kusuf orang-orang masih berpencar sehingga perlu seruan semacam itu, sementara Shalat Id tidak. Bahkan orang-orang sudah menuju tempat shalat dan berkumpul padanya. (Fathul Bari, karya Ibnu Rajab, 6/95)
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu berkata: “Qiyas di sini tidak sah, karena adanya nash yang shahih yang menunjukkan bahwa di zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk Shalat Id tidak ada adzan dan iqamah atau suatu apapun. Dan dari sini diketahui bahwa panggilan untuk Shalat Id adalah bid’ah, dengan lafadz apapun.” (Ta’liq terhadap Fathul Bari, 2/452)
Ibnu Qayyim berkata: Apabila Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sampai ke tempat shalat maka mulailah beliau shalat tanpa adzan dan iqamah dan tanpa ucapan “Ash-shalatu Jami’ah”, dan Sunnah Nabi adalah tidak dilakukan sesuatupun dari (panggilan-panggilan) itu. (Zadul Ma’ad, 1/427)

Kaifiyah (Tata Cara) Shalat Id
Shalat Id dilakukan dua rakaat, pada prinsipnya sama dengan shalat-shalat yang lain. Namun ada sedikit perbedaan yaitu dengan ditambahnya takbir pada rakaat yang pertama 7 kali, dan pada rakaat yang kedua tambah 5 kali takbir selain takbiratul intiqal.
Adapun takbir tambahan pada rakaat pertama dan kedua itu tanpa takbir ruku’, sebagaimana dijelaskan oleh ‘Aisyah dalam riwayatnya:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَبَّرَ فِي الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى سَبْعًا وَخَمْسًا سِوَى تَكْبِيْرَتَيْ الرُّكُوْعِ

“Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah bertakbir para (shalat) Fitri dan Adha 7 kali dan 5 kali selain 2 takbir ruku’.” (HR. Abu Dawud dalam Kitabush Shalat Bab At-Takbir fil ’Idain. ‘Aunul Ma’bud, 4/10, Ibnu Majah no. 1280, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Abani dalam Shahih Sunan Abu Dawud no. 1149)
Pertanyaan: Apakah pada 5 takbir pada rakaat yang kedua dengan takbiratul intiqal (takbir perpindahan dari sujud menuju berdiri)?
Ibnu Abdil Bar menukilkan kesepakatan para ulama bahwa lima takbir tersebut selain takbiratul intiqal. (Al-Istidzkar, 7/52 dinukil dari Tanwirul ‘Ainain)
Pertanyaan: Tentang 7 takbir pertama, apakah termasuk takbiratul ihram atau tidak?
Dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat:
Pertama: Pendapat Al-Imam Malik, Al-Imam Ahmad, Abu Tsaur dan diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhuma bahwa 7 takbir itu termasuk takbiratul ihram. (lihat Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/178, Aunul Ma’bud, 4/6, Istidzkar, 2/396 cet. Darul Kutub Al-Ilmiyyah)
Kedua: Pendapat Al-Imam Asy-Syafi’i, bahwa 7 takbir itu tidak termasuk takbiratul ihram. (Al-Umm, 3/234 cet. Dar Qutaibah dan referensi sebelumnya)
Nampaknya yang lebih kuat adalah pendapat Al-Imam Asy-Syafi’i. Hal itu karena ada riwayat yang mendukungnya, yaitu:

عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جِدِّهِ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَبَّرَ فِي الْعِيْدَيْنِ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ تَكْبِيْرَةً، سَبْعًا فِي اْلأُوْلَى وَخَمْسًا فِي اْلآخِرَةِ سِوَى تَكْبِيْرَتَيِ الصَّلاَةِ

“Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertakbir pada 2 hari raya 12 takbir, 7 pada rakaat yang pertama dan 5 pada rakaat yang terakhir, selain 2 takbir shalat.”(Ini lafadz Ath-Thahawi)
Adapun lafadz Ad-Daruquthni:

سِوَى تَكْبِيْرَةِ اْلإِحْرَامِ

“Selain takbiratul ihram.” (HR. Ath-Thahawi dalam Ma’ani Al-Atsar, 4/343 no. 6744 cet. Darul Kutub Al-Ilmiyyah, Ad-Daruquthni, 2/47-48 no. 20)
Dalam sanad hadits ini ada seorang perawi yang diperselisihkan bernama Abdullah bin Abdurrahman At-Tha‘ifi. Akan tetapi hadits ini dishahihkan oleh Al-Imam Ahmad, ‘Ali Ibnul Madini dan Al-Imam Al-Bukhari sebagaimana dinukilkan oleh At-Tirmidzi. (lihat At-Talkhis, 2/84, tahqiq As-Sayyid Abdullah Hasyim Al-Yamani, At-Ta’liqul Mughni, 2/18 dan Tanwirul ‘Ainain, hal. 158)
Adapun bacaan surat pada 2 rakaat tersebut, semua surat yang ada boleh dan sah untuk dibaca. Akan tetapi dahulu Nabi membaca pada rakaat yang pertama “Sabbihisma” (Surat Al-A’la) dan pada rakaat yang kedua “Hal ataaka” (Surat Al-Ghasyiah). Pernah pula pada rakaat yang pertama Surat Qaf dam kedua Surat Al-Qamar (keduanya riwayat Muslim, lihat Zadul Ma’ad, 1/427-428)

Apakah Mengangkat Tangan di Setiap Takbir Tambahan?
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama. Jumhur ulama berpendapat mengangkat tangan.
Sementara salah satu dari pendapat Al-Imam Malik tidak mengangkat tangan, kecuali takbiratul ihram. Ini dikuatkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Tamamul Minnah (hal. 349). Lihat juga Al-Irwa‘ (3/113).
Tidak ada riwayat dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang shahih dalam hal ini.

Kapan Membaca Doa Istiftah?
Al-Imam Asy-Syafi’i dan jumhur ulama berpendapat setelah takbiratul ihram dan sebelum takbir tambahan. (Al-Umm, 3/234 dan Al-Majmu’, 5/26. Lihat pula Tanwirul ‘Ainain hal. 149)

Khutbah Id
Dahulu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mendahulukan shalat sebelum khutbah.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: شَهِدْتُ الْعِيْدَ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ فَكُلُّهُمْ كَانُوا يُصَلُّوْنَ قَبْلَ الْخُطْبَةِ

“Dari Ibnu ‘Abbas ia berkata: Aku mengikuti Shalat Id bersama Rasulullah, Abu Bakr, ‘Umar dan ‘Utsman maka mereka semua shalat dahulu sebelum khutbah.” (Shahih, HR Al-Bukhari Kitab ‘Idain Bab Al-Khutbah Ba’dal Id)
Dalam berkhutbah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri dan menghadap manusia tanpa memakai mimbar, mengingatkan mereka untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bahkan juga beliau mengingatkan kaum wanita secara khusus untuk banyak melakukan shadaqah, karena ternyata kebanyakan penduduk neraka adalah kaum wanita.
Jamaah Id dipersilahkan memilih duduk mendengarkan atau tidak, berdasarkan hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ السَّائِبِ قَالَ: شَهِدْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِيْدَ فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ قَالَ: إِنَّا نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ

Dari ‘Abdullah bin Saib ia berkata: Aku menyaksikan bersama Rasulullah Shalat Id, maka ketika beliau selesai shalat, beliau berkata: “Kami berkhutbah, barangsiapa yang ingin duduk untuk mendengarkan khutbah duduklah dan barangsiapa yang ingin pergi maka silahkan.” (Shahih, HR. Abu Dawud dan An-Nasa`i. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud, no. 1155)
Namun alangkah baiknya untuk mendengarkannya bila itu berisi nasehat-nasehat untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan berpegang teguh dengan agama dan Sunnah serta menjauhi bid’ah. Berbeda keadaannya bila mimbar Id berubah menjadi ajang kampanye politik atau mencaci maki pemerintah muslim yang tiada menambah di masyarakat kecuali kekacauan. Wallahu a’lam.

Wanita yang Haid
Wanita yang sedang haid tetap mengikuti acara Shalat Id, walaupun tidak boleh melakukan shalat, bahkan haram dan tidak sah. Ia diperintahkan untuk menjauh dari tempat shalat sebagaimana hadits yang lalu dalam pembahasan hukum Shalat Id.

Sutrah Bagi Imam
Sutrah adalah benda, bisa berupa tembok, tiang, tongkat atau yang lain yang diletakkan di depan orang shalat sebagai pembatas shalatnya, panjangnya kurang lebih 1 hasta. Telah terdapat larangan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk melewati orang yang shalat. Dengan sutrah ini, seseorang boleh melewati orang yang shalat dari belakang sutrah dan tidak boleh antara seorang yang shalat dengan sutrah. Sutrah ini disyariatkan untuk imam dan orang yang shalat sendirian atau munfarid. Adapun makmum tidak perlu dan boleh lewat di depan makmum. Ini adalah Sunnah yang mayoritas orang meninggalkannya. Oleh karenanya, marilah kita menghidupkan sunnah ini, termasuk dalam Shalat Id.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَرَجَ يَوْمَ الْعِيْدِ أَمَرَ بِالْحَرْبَةِ فَتُوْضَعُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَيُصَلِّي إِلَيْهَا وَالنَّاسُ وَرَاءَهُ وَكَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السَّفَرِ فَمِنْ ثَمَّ اتَّخَذَهَا اْلأُمَرَاءُ

“Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu apabila keluar pada hari Id, beliau memerintahkan untuk membawa tombak kecil, lalu ditancapkan di depannya, lalu beliau shalat ke hadapannya, sedang orang-orang di belakangnya. Beliau melakukan hal itu di safarnya dan dari situlah para pimpinan melakukannya juga.” (Shahih, HR. Al-Bukhari Kitabush Shalat Bab Sutratul Imam Sutrah liman Khalfah dan Kitabul ‘Idain Bab Ash-Shalat Ilal harbah Yaumul Id. Al-Fath, 2/463 dan Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/136)

Bila Masbuq (Tertinggal) Shalat Id, Apa yang Dilakukan?
Al-Imam Al-Bukhari membuat bab dalam Shahih-nya berjudul: “Bila tertinggal shalat Id maka shalat 2 rakaat, demikian pula wanita dan orang-orang yang di rumah dan desa-desa berdasarkan sabda Nabi: ‘Ini adalah Id kita pemeluk Islam’.”
Adalah ‘Atha` (tabi’in) bila ketinggalan Shalat Id beliau shalat dua rakaat.
Bagaimana dengan takbirnya? Menurut Al-Hasan, An-Nakha’i, Malik, Al-Laits, Asy-Syafi’i dan Ahmad dalam satu riwayat, shalat dengan takbir seperti takbir imam. (Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/169)

Pulang dari Shalat Id Melalui Rute Lain saat Berangkat

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيْدٍ خَالَفَ الطَّرِيْقَ

Dari Jabir, ia berkata:” Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam apabila di hari Id, beliau mengambil jalan yang berbeda. (Shahih, HR. Al-Bukhari Kitab Al-’Idain Bab Man Khalafa Thariq Idza Raja’a…, Fathul Bari karya Ibnu Hajar, 2/472986, karya Ibnu Rajab, 6/163 no. 986)
Ibnu Rajab berkata: “Banyak ulama menganggap sunnah bagi imam atau selainnya, bila pergi melalui suatu jalan menuju Shalat Id maka pulang dari jalan yang lainnya. Dan itu adalah pendapat Al-Imam Malik, Ats-Tsauri, Asy-Syafi’i dan Ahmad… Dan seandainya pulang dari jalan itu, maka tidak dimakruhkan.”
Para ulama menyebutkan beberapa hikmahnya, di antaranya agar lebih banyak bertemu sesama muslimin untuk memberi salam dan menumbuhkan rasa cinta. (Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/166-167. Lihat pula Zadul Ma’ad, 1/433)

Bila Id Bertepatan dengan Hari Jum’at

عَنْ إِيَاسِ بْنِ أَبِي رَمْلَةَ الشَّامِيِّ قَالَ: شَهِدْتُ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ وَهُوَ يَسْأَلُ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ قَالَ: أَشَهِدْتَ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِيْدَيْنِ اجْتَمَعَا فِي يَوْمٍ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَكَيْفَ صَنَعَ؟ قَالَ: صَلَّى الْعِيْدَ ثُمَّ رَخَّصَ فِي الْجُمُعَةِ، فَقَالَ: مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّيَ فَلْيُصَلِّ

Dari Iyas bin Abi Ramlah Asy-Syami, ia berkata: Aku menyaksikan Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dia sedang bertanya kepada Zaid bin Arqam: “Apakah kamu menyaksikan bersama Rasulullah, dua Id berkumpul dalam satu hari?” Ia menjawab: “Iya.” Mu’awiyah berkata: “Bagaimana yang beliau lakukan?” Ia menjawab: “Beliau Shalat Id lalu memberikan keringanan pada Shalat Jumat dan mengatakan: ‘Barangsiapa yang ingin mengerjakan Shalat Jumat maka shalatlah’.”

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: قَدْ اجْتَمَعَ فِي يَوْمِكُمْ هَذَا عِيْدَانِ، فَمَنْ شَاءَ أَجْزَأَهُ مِنْ الْجُمُعَةِ وَإِنَّا مُجَمِّعُوْنَ

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau berkata: “Telah berkumpul pada hari kalian ini 2 Id, maka barangsiapa yang berkehendak, (Shalat Id) telah mencukupinya dari Jum’at dan sesungguhnya kami tetap melaksanakan Jum’at.” (Keduanya diriwayatkan Abu Dawud dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud no. 1070 dan 1073)
Ibnu Taimiyyah berkata: “Pendapat yang ke-3 dan itulah yang benar, bahwa yang ikut Shalat Id maka gugur darinya kewajiban Shalat Jum’at. Akan tetapi bagi imam agar tetap melaksanakan Shalat Jum’at, supaya orang yang ingin mengikuti Shalat Jum’at dan orang yang tidak ikut Shalat Id bisa mengikutinya. Inilah yang diriwayatkan dari Nabi dan para shahabatnya.” (Majmu’ Fatawa, 23/211)
Lalu beliau mengatakan juga bahwa yang tidak Shalat Jum’at maka tetap Shalat Dzuhur.
Ada sebagian ulama yang berpendapat tidak Shalat Dzuhur pula, di antaranya ‘Atha`. Tapi ini pendapat yang lemah dan dibantah oleh para ulama. (Lihat At-Tamhid, 10/270-271)

Ucapan Selamat Saat Hari Raya
Ibnu Hajar mengatakan: “Kami meriwayatkan dalam Al-Muhamiliyyat dengan sanad yang hasan dari Jubair bin Nufair bahwa ia berkata: ‘Para shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bila bertemu di hari Id, sebagian mereka mengatakan kepada sebagian yang lain:

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ

“Semoga Allah menerima (amal) dari kami dan dari kamu.” (Lihat pula masalah ini dalam Ahkamul ‘Idain karya Ali Hasan hal. 61, Majmu’ Fatawa, 24/253, Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/167-168)
Wallahu a’lam.

Footnote :
1 'Id artinya kembali.
2 Karena Nabi tidak memberi contoh demikian dalam ibadah ini. Lain halnya –wallahu a’lam– bila kebersamaan itu tanpa disengaja.

(Dikutip dari tulisan Al-Ustadz Qomar ZA, Lc, judul "Meneladani Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Ber'idul Fithri". Url Sumber : http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=373
 
disunting kembali oleh (klik disini)

Domain Stats Tool

Enter Domain Name

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Assalammu'alaikum Wr. Wb

Para Sahabat Rasulullah Ternyata kaya raya melalui bisnis Properti. Umar ra. memiliki 70.000 properti, Utsman ra memiliki properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar, belum lagi sahabat seperti Amru bin Ash, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Mu'awiyah dll.
Andalah Pewarisnya.

strategi membangun kekayaan secara syariah melalui properti yang sederhana, yang bisa dilakukan semua orang, baik dia pengusaha, karyawan, atau bahkan pengangguran sekalipun....
Temukan caranya hanya di KLIK DISINI